Rekaman Kotak Hitam AirAsia QZ8501 Tak Tunjukkan Ada Indikasi Teror
JAKARTA, (KN.com) — Berdasarkan hasil rekaman black box atau kotak hitam AirAsia QZ8501, tidak ditemukan indikasi ancaman serangan teror yang menyebabkan pesawat jatuh di Selat Karimata dalam penerbangan Surabaya-Singapura, Minggu (28/12/2014). Seluruh penumpang dan kru berjumlah 162 orang diperkirakan tewas.
"Jika terorisme, pasti ada bentuk ancaman di sana. Dalam situasi kritis, rekaman menunjukkan bahwa pilot sibuk mengendalikan pesawat," kata Andreas Hananto, ketua tim investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Senin (19/1/2015).
Hananto yang memimpin 10 anggota tim mengatakan, sejauh ini juga tidak ada tanda ledakan seperti dugaan sebagian orang. Hasil pemeriksaan parameter-parameter pemeriksaan yang mencapai 1.200 parameter, tidak ada indikasi tersebut.
Ia mengatakan hal tersebut untuk menjawab pertanyaan kemungkinan terorisme di baik jatuhnya AirAsia QZ8501. Mereka tidak menemukan indikasi ancaman di kokpit pesawat selama penerbangan berlangsung hingga hilang kontak.
"Kami tidak mendengar suara orang lain selain pilot. Kami tidak mendengar suara tembakan atau ledakan. Untuk sementara, berdasarkan hal tersebut, kami mengabaikan kemungkinan terorisme," ujar Nurcahyo Utomo, salah satu investigator KNKT.
Utomo menjelaskan, rekaman suara di kokpit hampir seluruhnya dapat didengarkan dengan jelas dari kotak hitam. Informasi lain yang diperiksa adalah rekaman data penerbangan yang juga direkam kotak hitam sepanjang perjalanan.
Namun, mereka enggan menjelaskan lebih lanjut apa yang terjadi saat detik-detik jatuhnya pesawat itu karena sesuai undang-undang belum dapat diungkapkan sampai hasil investigasi final diselesaikan.
Hananto hanya mengatakan bahwa pada menit-menit akhir, rekaman kotak hitam menunjukkan suara mesin dan peringatan di dalam kokpit. Namun, rekaman tersebut harus dipilah-pilah lagi untuk diteliti lebih lanjut hingga seluruh rekaman selesai diekstrak. Sampai saat ini baru 30 menit dari rekaman berdurasi 2 jam yang berhasil ditranskrip, termasuk rekaman audio penerbangan sebelumnya hingga 40 menit setelah pesawat hilang. (kompas.com/nasional)
"Jika terorisme, pasti ada bentuk ancaman di sana. Dalam situasi kritis, rekaman menunjukkan bahwa pilot sibuk mengendalikan pesawat," kata Andreas Hananto, ketua tim investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Senin (19/1/2015).
Hananto yang memimpin 10 anggota tim mengatakan, sejauh ini juga tidak ada tanda ledakan seperti dugaan sebagian orang. Hasil pemeriksaan parameter-parameter pemeriksaan yang mencapai 1.200 parameter, tidak ada indikasi tersebut.
Ia mengatakan hal tersebut untuk menjawab pertanyaan kemungkinan terorisme di baik jatuhnya AirAsia QZ8501. Mereka tidak menemukan indikasi ancaman di kokpit pesawat selama penerbangan berlangsung hingga hilang kontak.
"Kami tidak mendengar suara orang lain selain pilot. Kami tidak mendengar suara tembakan atau ledakan. Untuk sementara, berdasarkan hal tersebut, kami mengabaikan kemungkinan terorisme," ujar Nurcahyo Utomo, salah satu investigator KNKT.
Utomo menjelaskan, rekaman suara di kokpit hampir seluruhnya dapat didengarkan dengan jelas dari kotak hitam. Informasi lain yang diperiksa adalah rekaman data penerbangan yang juga direkam kotak hitam sepanjang perjalanan.
Namun, mereka enggan menjelaskan lebih lanjut apa yang terjadi saat detik-detik jatuhnya pesawat itu karena sesuai undang-undang belum dapat diungkapkan sampai hasil investigasi final diselesaikan.
Hananto hanya mengatakan bahwa pada menit-menit akhir, rekaman kotak hitam menunjukkan suara mesin dan peringatan di dalam kokpit. Namun, rekaman tersebut harus dipilah-pilah lagi untuk diteliti lebih lanjut hingga seluruh rekaman selesai diekstrak. Sampai saat ini baru 30 menit dari rekaman berdurasi 2 jam yang berhasil ditranskrip, termasuk rekaman audio penerbangan sebelumnya hingga 40 menit setelah pesawat hilang. (kompas.com/nasional)
Tidak ada komentar: