Ini Kisah Kehidupan Pribadi Brigadir Polisi Petrus Bakus, Pelaku Mutilasi.
SINTANG, (KN.com) - Pelaku Mutilasi Anak kandung, Brigadir Polisi Petrus Bakus terus diusahakan untuk menjalani pemeriksaan intensif, meskipun dugaan sementara masalah kejiwaan.
Seperti diketahui, Brigadir Polisi Petrus Bakus pada Jumat (26/2), dengan sadisnya membantai dua anak kandungnya sendiri serta memutilasinya. Perbuatan keji itu sontak mengejutkan jajaran Kepolisian bahkan publik.
Menurut beberapa sumber terdekat yang mengetahui kondisi Brigadir Polisi Petrus Bakus, Pelaku memang sebelumnya memiliki masalah dengan istrinya.
"Rumah tangga Brigadir Petrus Bakus sudah setahun belakangan ini tak harmonis dikarenakan Brigadir Petrus Bakus sering pulang malam sehingga jarang membantu mengurus anak-anaknya," ujarnya.
Permasalahan ini, akhirnya sering menjadi sumber pertengkaran sengit keduanya.
"Dan tak jarang, istri Petrus (Windri) suka memukulnya kalau keduanya terlibat pertengkaran. Kita tidak tahu apa itu benar atau tidak, karena itu internal rumah tangga mereka," katanya lagi.
Menurut sumber tadi, permasalahan rumah tangga mereka semakin pelik, karena istri Petrus kembali memeluk agama awal yakni Muslim.
"Pertengahan tahun lalu, istrinya pamit pulang ke Jawa. Mungkin kangen dengan orang tuanya, sekaligus bersilahturahmi idul fitri. Nah, saat kembali ke Melawi, diketahui, Istrinya sudah memeluk kembali agama Islam," katanya.
Sebelumnya, Petrus dan Windri menikah di gereja secara Katolik. Namun berbagai pihak belum sepenuhnya percaya jika permasalahan itu yang menjadi pemicu perlakuan sadis yang terjadi pada Jumat (26/2).
"Ini bisa jadi sumber penelusuran kearah yang sebenarnya. Jadi masih terus diupayakan melalui pemeriksaan. Hingga saat ini kondisi mental pelaku masih belum stabil," katanya.
Perbuatan sadis dari Petrus Bakus, tentunya menjadi keprihatinan yang mendalam dari berbagai pihak. Apalagi kejadian tersebut terjadi di wilayah milik Kepolisian sendiri.
Pernyataan dari Brigadir Petrus, usai menjalankan aksinya dapat diasumsikan diluar akal sehat, bahwa dia melakukan itu karena ada yang membisikkan. Selain itu, tak ada raut wajah penyesalan darinya, bahkan Petrus mengatakan bahwa itu sudah takdir.
Publik tentunya masih menunggu hasil keputusan resmi dari pihak Kepolisian sendiri, sehingga masyarakat tidak berasumsi bermacam hal, atas motif pembunuhan sadis tersebut. (phs)
Seperti diketahui, Brigadir Polisi Petrus Bakus pada Jumat (26/2), dengan sadisnya membantai dua anak kandungnya sendiri serta memutilasinya. Perbuatan keji itu sontak mengejutkan jajaran Kepolisian bahkan publik.
Menurut beberapa sumber terdekat yang mengetahui kondisi Brigadir Polisi Petrus Bakus, Pelaku memang sebelumnya memiliki masalah dengan istrinya.
"Rumah tangga Brigadir Petrus Bakus sudah setahun belakangan ini tak harmonis dikarenakan Brigadir Petrus Bakus sering pulang malam sehingga jarang membantu mengurus anak-anaknya," ujarnya.
Permasalahan ini, akhirnya sering menjadi sumber pertengkaran sengit keduanya.
"Dan tak jarang, istri Petrus (Windri) suka memukulnya kalau keduanya terlibat pertengkaran. Kita tidak tahu apa itu benar atau tidak, karena itu internal rumah tangga mereka," katanya lagi.
Menurut sumber tadi, permasalahan rumah tangga mereka semakin pelik, karena istri Petrus kembali memeluk agama awal yakni Muslim.
"Pertengahan tahun lalu, istrinya pamit pulang ke Jawa. Mungkin kangen dengan orang tuanya, sekaligus bersilahturahmi idul fitri. Nah, saat kembali ke Melawi, diketahui, Istrinya sudah memeluk kembali agama Islam," katanya.
Sebelumnya, Petrus dan Windri menikah di gereja secara Katolik. Namun berbagai pihak belum sepenuhnya percaya jika permasalahan itu yang menjadi pemicu perlakuan sadis yang terjadi pada Jumat (26/2).
"Ini bisa jadi sumber penelusuran kearah yang sebenarnya. Jadi masih terus diupayakan melalui pemeriksaan. Hingga saat ini kondisi mental pelaku masih belum stabil," katanya.
Perbuatan sadis dari Petrus Bakus, tentunya menjadi keprihatinan yang mendalam dari berbagai pihak. Apalagi kejadian tersebut terjadi di wilayah milik Kepolisian sendiri.
Pernyataan dari Brigadir Petrus, usai menjalankan aksinya dapat diasumsikan diluar akal sehat, bahwa dia melakukan itu karena ada yang membisikkan. Selain itu, tak ada raut wajah penyesalan darinya, bahkan Petrus mengatakan bahwa itu sudah takdir.
Publik tentunya masih menunggu hasil keputusan resmi dari pihak Kepolisian sendiri, sehingga masyarakat tidak berasumsi bermacam hal, atas motif pembunuhan sadis tersebut. (phs)
Tidak ada komentar: