Ibadat Jalan Salib di Katedral Sintang, Turut Mendoakan Korban Mutilasi di Nanga Pinoh
"kita juga berdoa untuk korban mutilasi, semoga mendapat tempat yang layak di surga, dan kita juga mendoakan pelaku dapat menyadari segala kesalahan yang ia lakukan"
Pastor Paroki Kristus Raja - Katedral Sintang, Romo Yohanes Pranoto, Pr
SINTANG, (KN.com) - Ibadat Jalan Salib umat Katolik Paroki Kristus Raja Katedral Sintang pada setiap Jumat, selama masa prapaskah sedikit berbeda dari Jumat sebelumnya. Berbeda bukan berarti terjadi perubahan tatacara, melainkan ujud doa yang disampaikan.
Ibadat yang khusus merenungkan kisah sengsara Yesus ini, dipimpin Pastor Paroki Kristus Raja, Romo Yohanes Pranoto, Pr. Dalam doa pengantar ibadat, Romo Noto juga mendoakan bagi korban mutilasi di Nanga Pinoh, termasuk juga pelakunya.
"Hari ini, publik dikejutkan dengan berita dari Nanga Pinoh. Dua orang anak yang masih dibawah umur, tewas dibunuh oleh ayah kandungnya. Tidak sekedar di hilangkan nyawanya, tapi kedua korban dengan sadisnya juga dimutilasi oleh pelaku. Untuk itu, dalam ibadat Jumat ini, selain sebagai ujud keprihatinan terhadap kondisi Kalimantan, kita juga berdoa untuk korban mutilasi, semoga mendapat tempat yang layak di surga, dan kita juga mendoakan pelaku dapat menyadari segala kesalahan yang ia lakukan," kata Romo Noto, Jumat (26/2)
Pada saat liturgi sabda, usai ibadat jalan salib Romo Noto kembali menyebutkan korban pembunuhan sadis itu dalam homilinya.
"Dua bacaan kita pada Jumat ini, seperti gambaran dengan apa yang terjadi pada hari ini di Nanga Pinoh. Dua orang tak berdosa, direnggut paksa hidupnya oleh orang terdekat. Dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian, yang mengisahkan rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh saudara-saudara kandung Yusuf karena berlatar kebencian, dimana ayah mereka lebih mengasihi Yusuf. Pada bacaan Injil Matius, Matius menyampaikan bahwa Yesus mengajar dalam bentuk perumpamaan. Dia adalah seorang anak, ahli waris pemilik kebun anggur yang ditolak oleh para penggarap kebun anggur. Yesus adalah pewaris Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah kebesaran, keagungan, atau kemuliaan Allah yang ditolak oleh bangsanya sendiri. Kerajaan Allah ini diberikan kepada bangsa lain yang akan menghasilkan buah kerajaan itu," kata Romo Noto.
Diakhir homilinya, Romo Noto mengajak umat untuk selalu bersyukur dalam setiap kesempatan hidup.
"Rasa bersyukur ini patut kita hayati dalam kehidupan kita. Rasa syukur ini kita hadirkan dalam doa-doa dan perbuatan baik kita. Perbuatan yang sungguh dibutuhkan di zaman ini adalah menolong orang yang menderita. Ada banyak penderitaan yang terjadi. Penderitaan disebabkan oleh kelaparan, kemiskinan, tidak mengalami kasih dari orang-orang sekitarnya. Mari kita juga kembali untuk mendoakan saudara kita yang hari ini mengalami musibah di Nanga Pinoh." ajaknya, mengakhiri homili.
Seperti diketahui, pada Jumat dini hari (26/2), Brigadir Petrus Bakus, anggota intelkam Polres Melawi membunuh kedua anaknya serta memutilasi. (phs)
Ibadat yang khusus merenungkan kisah sengsara Yesus ini, dipimpin Pastor Paroki Kristus Raja, Romo Yohanes Pranoto, Pr. Dalam doa pengantar ibadat, Romo Noto juga mendoakan bagi korban mutilasi di Nanga Pinoh, termasuk juga pelakunya.
"Hari ini, publik dikejutkan dengan berita dari Nanga Pinoh. Dua orang anak yang masih dibawah umur, tewas dibunuh oleh ayah kandungnya. Tidak sekedar di hilangkan nyawanya, tapi kedua korban dengan sadisnya juga dimutilasi oleh pelaku. Untuk itu, dalam ibadat Jumat ini, selain sebagai ujud keprihatinan terhadap kondisi Kalimantan, kita juga berdoa untuk korban mutilasi, semoga mendapat tempat yang layak di surga, dan kita juga mendoakan pelaku dapat menyadari segala kesalahan yang ia lakukan," kata Romo Noto, Jumat (26/2)
Pada saat liturgi sabda, usai ibadat jalan salib Romo Noto kembali menyebutkan korban pembunuhan sadis itu dalam homilinya.
"Dua bacaan kita pada Jumat ini, seperti gambaran dengan apa yang terjadi pada hari ini di Nanga Pinoh. Dua orang tak berdosa, direnggut paksa hidupnya oleh orang terdekat. Dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian, yang mengisahkan rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh saudara-saudara kandung Yusuf karena berlatar kebencian, dimana ayah mereka lebih mengasihi Yusuf. Pada bacaan Injil Matius, Matius menyampaikan bahwa Yesus mengajar dalam bentuk perumpamaan. Dia adalah seorang anak, ahli waris pemilik kebun anggur yang ditolak oleh para penggarap kebun anggur. Yesus adalah pewaris Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah kebesaran, keagungan, atau kemuliaan Allah yang ditolak oleh bangsanya sendiri. Kerajaan Allah ini diberikan kepada bangsa lain yang akan menghasilkan buah kerajaan itu," kata Romo Noto.
Diakhir homilinya, Romo Noto mengajak umat untuk selalu bersyukur dalam setiap kesempatan hidup.
"Rasa bersyukur ini patut kita hayati dalam kehidupan kita. Rasa syukur ini kita hadirkan dalam doa-doa dan perbuatan baik kita. Perbuatan yang sungguh dibutuhkan di zaman ini adalah menolong orang yang menderita. Ada banyak penderitaan yang terjadi. Penderitaan disebabkan oleh kelaparan, kemiskinan, tidak mengalami kasih dari orang-orang sekitarnya. Mari kita juga kembali untuk mendoakan saudara kita yang hari ini mengalami musibah di Nanga Pinoh." ajaknya, mengakhiri homili.
Seperti diketahui, pada Jumat dini hari (26/2), Brigadir Petrus Bakus, anggota intelkam Polres Melawi membunuh kedua anaknya serta memutilasi. (phs)
Tidak ada komentar: